Arti Continuity Dalam Produksi Film Drama
Continuity Film
Arti kata Continuity jika diterjemahkan dalam kamus istilah perfilman adalah
kesinambungan yang bersifat sinambung, kelanjutan, dan kontinuitas.
Namun pada departemen Director of Photography (DOP) yang sering di ucapkan
adalah continuity.
"dijaga continuity ya...."
Kunci pokok keberhasilan dari drama adalah kontinuitas apabila gambaran film
bersifat nyata atau secara real dengan sempurna akan banyak disukai
penontonnya.
Sebenarnya ide continuity ini dari seorang sutradara film yang mengarahkan ke
production designer atau penata artistik dengan director of photography
merancang tata cahaya dan tata kamera.
Sutradara drama dituntut untuk mengasah kepekaan tentang kontinuitas,
kesinambungan serta kebutuhan gambar yang menarik untuk ditayangkan, sehingga
tayangan drama yang dibuatnya mampu menarik hati para penikmatnya.
Dari sisi film dan televisi, sutradara berperan melakukan karya seni audio
visual, sedangkan pengarah acara televisi berperan melakukan liputan audio
visual atas momentum sebuah acara.
Dapat diartikan bahwa sutradara dalam sebuah produksi harus mampu menguasai
berbagai hal baik dalam membentuk akting dari pemain, mengarahkan dalam
pengambilan gambar, dan pembentukan artistik dalam drama tersebut.
Pernah dibahas dalam kelompok kerja FFTV IKJ pada buku
Directory of Film and TV term Virginia Oakey, 1983.
“Director adalah seorang yang bertanggung jawab terhadap kualitas gambar
(film) yang tampak dilayar dimana di dalamnya ia bertugas mengkontrol teknik
sinematik, penampilan pemeran, kredibilitas dan kontinuitas cerita yang
disertai elemen-elemen dramatik pada produksinya."
Content Continuity
Kontinuitas atau kesinambungan gambar pada isi cerita yang terangkum dalam
sambungan berbagai shot.
Hal tersebut bisa berbentuk benda (tata artistik atau properti), sinar
cahaya (tata cahaya), wardrobe, dan make up.
Movement Continuity
Kontinuitas atau kesinambungan gambar pada gerakan yang direkayasa ataupun
yang terjadi dengan sendirinya (natural).
Gerakan dalam adegan diperankan oleh pemain dan figuran, sedangkan gerakan
natural merupakan gerakan yang terjadi karena faktor alam. Misalnya awan
ditiup angin, riak dari air terjun ataupun burung terbang bebas.
Dialogue Continuity
Kontinuitas atau kesinambungan dialog yang terwujud dalam percakapan para
pemeran sesuai dengan tuntutan cerita dan logika visual (kebutuhan gambar
sesuai dengan naskah).
Position Continuity
Kontinuitas atau kesinambungan gambar untuk blocking pemain, posisi properti
(tata artistik), dan berbagai posisi lainnya yang disesuaikan dengan
komposisi gambar dalam berbagai sudut arah kamera.
Baca juga : Tahap Rehearsal Pada Pemeran Film Cerita
Sound Continuity
Kontinuitas atau kesinambungan suara dalam gambar, baik yang bersifat Direct
Sound (suara yang direkam langsung pada saat shooting) maupun Indirect Sound
(sound effect dan ilustrasi musik).
Dalam proses produksi ditekankan pada kemampuan teknik penyutradaraan dalam
kontinuitas yang meliputi setting dekorasi, kostum, make up, dan property.
Kemudian dari sisi teknis yaitu menjaga kontinuitas penataan lampu, menjaga
kontinuitas penataan suara atau audio, dan juga penataan kamera atau
pembagian pengambilan gambar yang menggunakan single kamera.
Memulai Shooting
Sebelum masuk ke proses shooting, tentunya harus merencanakan apa yang akan
sobat lakukan penyusunan production schedule jadwal kerja secara keseluruhan
dari produksi.
Dari kegiatan awal hingga akhir beserta yang bertugas dan waktunya.
Lalu kemudian membuat script breakdown lembaran berisi informasi tentang
setiap adegan yang ada dalam cerita.
Segala keperluan shooting untuk tiap adegan diuraikan dalam satu lembar
script breakdown sheet.
Lembar Production Schedule
Lembar Breakdown Shooting
Sutradara (Director)
Kerja sutradara dimulai dari membedah skenario ke dalam director treatment
yaitu konsep kreatif sutradara tentang arahan gaya pengambilan gambar.
Selanjutnya, sutradara mengurai setiap adegan (scene) ke dalam
sejumlah shot dan membuat shot list yaitu uraian arah pengambilan gambar
dari tiap adegan.
Shot list tersebut kemudian diterjemahlan ke dalam story board yaitu
rangkaian gambaran komik yang memuat informasi tentang ruang dan tata letak
pemeran (blocking) yang nantinya akan direkam menjadi sebuah film.
Berbekal director treatment, shot list dan story board, script breakdown
bisa dikerjakan.
Script Continuity
Umumnya proses pengambilan gambar berbeda dengan alur skenario. Skenario
memuat rangkaian adegan yang diurut dengan nomor adegan.
Shooting sendiri umumnya tidak berjalan sesuai dengan nomor adegan melainkan
berdasarkan lokasi.
Adegan-adegan yang dilakukan di lokasi yang sama dikelompokan untuk kemudian
di shoot dalam satu periode waktu.
Nanti di tahap pasca produksi, adegan-adegan ini diurut kembali berdasarkan
nomor adegannya.
Mood Cotinuity
Mood yang juga harus kesinambungannya dari kondisi fisik dan mental pemeran,
mulai sebelum dan pada saat shooting berlangsung.
Ini menjadi tanggung jawab asisten sutradara. Asisten sutradara kemudian
berkoordinasi dengan asisten produksi untuk menjaga mood sepanjang shooting.
Desainer Produksi (Production Designer)
Tugas utama seorang desainer produksi adalah membantu sutradara menentukan
suasana dan warna apa yang akan tampil dalam film.
Desainer produksi menerjemahkan apa yang akan tampil dalam film.
Menerjemahkan apa yang jadi keinginan kreatif sutradara dan merancangnya.
Desainer produksi kemudian membimbing story board artist (juru gambar story
board) untuk menghasilkan story board yang sesuai.
Menata ruang dan tata letak perabot, merancang nuansa cahaya dan warna
seraya menggeluti semua elemen kreatif.
Seperti suara, tata rias, busana, property, luar bidang gambar dan tata
letak adegan.
Penata Fotografi (Director of Photography)
Begitu story board disepakati, kini giliran penata fotografi (DOP) yang
bekerja. Melalui diskusi dengan desainer produksi, sutradara, asisten
sutradara dan penata artistik, penata fotografi mendapat gambaran lengkap
tentang apa saja yang berlangsung dalam set.
Bagaimana sebuah adegan berlangsung dan efek apa yang ingin dicapai.
Kemudian kru merancang tata cahaya dan tata kamera yang sesuai.
Lalu menyusun daftar seputar lampu yang akan dipakai, kamera yang
dibutuhkan, jenis film, lensa dan filter serta peralatan khusus lainnya.
Jadwal Shooting (Shooting Schedule)
Untuk lokasi yang sama, pisahkan adegan yang berlangsung di luar ruangan
(ext.) dan di dalam ruangan (int.) serta adegan yang berlangsung siang hari
(day) dan malam hari (night).
Dahulukan mengambil adegan yang berlangsung siang hari (day) dan diluar
ruangan (ext.). Jika ingin mengambil adegan di dalam ruangan (int.),
dahulukan adegan di siang hari (day).
Apabila ada adegan yang melibatkan banyak pemeran dan crowd, dahulukan set
up kamera. Semakin sedikit jumlahnya pemeran yang terlibat, maka set up
tersebut sebaiknya diambil paling akhir.
Selanjutnya untuk proses kerja masing-masing kru atau departement sebaiknya
di buatkan lembar kerja atau work sheet.
Hal ini berguna untuk pencatatan sekaligus perencanaan konsep dari
masing-masing kru dari suatu adegan.
Lembar Shooting Script
Sebuah jalan cerita yang memiliki unsur dramatik serta nilai estetika yang
sesuai dengan skenario, merupakan kontinuitas yang benar. Melakukan
pengambilan gambar dengan pergerakan kamera dan selalu penataan tata
cahaya.
Baca juga : Konsep Tata Cahaya Three Point Lighting
Arah gerakan dan angel juga harus dijaga agar jangan memberikan kesan
berbeda. Setting dekorasi, kostum, dan juga make up dituntut untuk menjaga
kontinuitasnya.
Dalam hal ini, continuity gambar harus dijaga agar dalam tahap pasca
produksi yang sebagian besar menggunakan metode cut to cut agar tidak
terdapat jumping.
"Kasian sama editornya nanti...!"
Alternative to continuity editing adalah metode penyambungan yang dilakukan
oleh editor pada setiap pemotongan shot, dan pada saat editor memberikan
transisi dalam setiap penyambungan gambar.
Tujuannya untuk pengeditan continuity agar cerita membuat urutan peristiwa
dan tindakan yang berkaitan dengan ruang atau tempat dan waktu.
Sehingga penonton bisa melihat secara verbal dari film yang diedit
sedemikian rupa pada batas pemotongan gambar dan hubungan antar shot dengan
shot berikutnya.
Semoga bermafaat, semangat berkarya dan terima kasih.
Referensi:
- Naratama. 2013. Menjadi Sutradara Televisi: dengan Single dan Multi camera. Jakarta: Gramedia, ISBN 978-602-251-160-1.
- Lutters, Elizabeth. 2018. Kunci Sukses Menjadi Aktor. Jakarta: Gramedia, ISBN 978-602-051-429-1.
Post a Comment for "Arti Continuity Dalam Produksi Film Drama"
Penulis sadar betul bahwa artikel ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat membutuhkan saran dan kritik dari para pembaca. Terima kasih.