Tuntutan Untuk Menjadi Seorang Presenter
Terkadang Saya merasa bosan dengan sebuah acara yang pernah diikuti, bukannya
topiknya tidak bagus atau pembicaranya yang kurang menarik, tapi pembawa
acaranya yang tampil lembek.
Banyak acara yang pernah kita ikuti seperti seminar, forum bincang-bincang,
talkshow, dan lain-lain, pembukaannya dengan sambutan pembawa acara atau
seorang presenter di televisi dan radio.
Seharusmya memang daya tarik dan daya lempar sebuah acara sangat dipengaruhi
oleh siapa yang akan membawa acara tersebut.
Ketika Saya ingin memutuskan untuk hadir atau tidak di sebuah acara seminar,
pasti Saya cermati dengan sungguh-sungguh siapa yang jadi moderatornya atau
pembawa acara.
Berharap pulang nanti dari sebuah acara masih dalam keadaan senyum, ketawa
masih terpingkal-pingkal, detak jantung yang masih berdegup kencang, dan
suasana hati menjadi riang.
Jika suasana yang terbangun dalam acara begitu segar, penuh humor dan kadang
ada lelucon kecil yang menggelikan, kita tidak begitu lagi peduli pada isi
acara, siapa yang jadi pembicara, dan apa saja pesan yang bisa kita bawa.
Justru suasana acaranya yang terbawa pulang yang akan jadi obrolan dengan
teman, keluarga, atau saudara yang kita jumpai.
Presenter Atau Pembawa Acara
Peran presenter sebagai pusat acara harus memiliki kemampuan menarik orang
lain untuk semakin mendekat, mengikuti keinginannya, dan bahkan
mengendalikan perilakunya.
Pada umumnya presenter adalah seorang yang membawa acara, menggiring
peserta, berkuasa atas acara yang dibawakannya sampai terlaksanakan
tujuannya.
Jangan sampai menyimpang atau melenceng dari tujuan acara tersebut dan tak
diperkenankan untuk mengalihkan perhatian.
Pernah kita mengenal dulu pembawa acara itu disebut MC atau
master of ceremony. Lalu istilah host yang memerankan diri
sebagai tuan rumah sebuah program tv atau radio.
Di musik mengenal dengan sebutan akrabnya DJ atau disk jockey yang
harus semarakan suasana dan mengendalikan emosi pengunjung.
Kemudian di televisi program berita dikenal newsreader yang
membacakan berita saja, newscaster pembaca berita yang juga terlibat
dalam peliputan di lapangan dan penyusunan naskah.
Lalu ada seorang anchor tidak hanya terlibat dalam produksi berita
namun juga punya kewenangan untuk berimprovisasi ketika menyampaikan berita.
Setiap orang bisa menjadi presenter asalkan pintar bicara, usia berapa pun
juga bisa melakukannya. Jenis kelamin sudah bukan masalah, pria atau wanita
sesuai dari kebutuhan acaranya.
Jadi pekerjaan seperti ini begitu terbuka untuk dipelajari, punya kesempatan
untuk sukses menjadi presenter. Kita harus punya kepribadian diri, itulah
tuntutan untuk menjadi presenter berkualitas.
Pengetahuan Luas
Seorang presenter yang baik haruslah mampu bicara dan menyesuaikan diri
dengan audiens yang dihadapinya.
Sebab setiap orang lebih suka bertemu dan diajak berkomunikasi oleh orang
lain yang minatnya sama, atau omongannya nyambung mampu merespon sesuai
harapan.
Memahami apa yang sedang dipikirkan pleh audiensnya, bisa membalas omongan,
dan mengikuti kemana arah pikiran serta pembicaraan audiens.
Maka seorang presenter dituntut berpengetahuan luas. Pastinya tahu semua hal
dari yang serius sampai yang iseng-iseng, cerita-cerita fiksi sampai gosip,
acara televisi sampai muncul berita di pojok surat kabar, dan masih banyak
lagi.
Oleh karena itu membaca merupakan kewajiban utama bagi seseorang yang ingin
berhasil menjadi presenter.
Apa yang harus dibaca? Apa saja, juga tentang siapa saja, dan dari peristiwa
kapan pun yang pernah terjadi.
Belajar Cepat
Tidak dituntut untuk mendalami topiknya, tidak harus ahli dalam bidang
pengetahuan tertentu, dalam ilmu tertentu, atau keterampilan tertentu.
Satu-satunya yang diharuskan adalah keahlian sebagai presenter itu sendiri.
Salah satu keahlian yang diminta adalah kemampuan untuk belajar cepat.
Sering kali harus berpindah dari satu acara ke acara berikutnya dalam waktu
yang mepet. kadang juga harus siap untuk memenuhi panggilan mendadak
Oleh karena itu, presenter dituntut untuk memiliki kemampuan belajar secara
cepat, begitu diberi bahan oleh penyelenggara acara, harus segera
menguasainya.
Tidak harus mendalami semuanya, tetapi setidaknya hal-hal penting tentang
topik yang akan dibawakannya.
Fleksibel
Meski sudah dirancang dengan matang, tak sedikit acara yang mengalami
perubahan di tengah jalan. Bisa karena disengaja atau tidak sengaja.
Disengaja misalnya alur acara ditukar supaya iramanya lebih hidup, yang
semula satu arah diganti menjadi dialogis atau multi arah.
Sedangkan yang tidak disengaja, misalnya tiba-tiba listrik mati. Apakah
acara harus dihentikan hanya gara-gara listrik mati?
Tentu tidak, acara harus jalan terus, Tanpa listrik, presenter harus pintar
untuk melanjutkan acara kalau bisa dia harus turun dari panggung dan
mendekat ke audiens supaya bisa lebih terdengar.
Ketika membawakan acara on air program radio atau tv juga jika
seperti ini diperlukan inisiatif dari presenter, mungkin saja terjadi.
Penyebabnya macam-macam, misalnya saluran telepon terputus akibatnya acara
yang semula berlangsung interaktif dengan penelpon jadi batal. Yang bisa
dilakukan presenter hanya berdialog atau berbincang dengan narasumber.
Maka presenter itu harus pintar-pintar memutar otak untuk menemukan topik
yang relevan agar seolah-olah acara itu menjadi interaktif.
Pintar Bicara
Harus mampu menjadikan apa pun sebagai bahan bicara. Baik
on air maupun off air, kemampuan berbicara sangat dibutuhkan,
inilah kekuatannya.
Kepintaran seperti apa yang dibutuhkan?
Yaitu kepintaran dalam menyampaikan sesuatu secara jelas. Tidak
berputar-putar, vokalnya bulat, intonasinya terjaga, dan volumenya pas.
Baca juga : Tahap Latihan Menjadi Public Speaking
Begitu juga kemampuan untuk menjadikan hal-hal sepele yang terdapat di
sekitarnya sebagai contoh menarik. Misalnya kemacetan lalu lintas yang
terjadi di depan studio, bisa dikomentari.
Untuk acara yang berlangsung di tempat, kemampuan berbicara juga sangat
diperlukan, sebab berhadapan langsung dengan audiens.
Berbicara di ruangan besar seperti aula tentu sangat berbeda dengan bicara
di ruangan kecil seukuran kelas kuliah. Misalnya keras lembutnya suara harus
ditentukan sesuai dengan ruangannya.
Butuh stamina panjang untuk berbicara di ruangan besar, sebab nada suara
harus terjaga supaya pengaruhnya melejit hingga sudut ruangan.
Berpenampilan menarik
Penampilan menarik tentu saja diperlukan, setidaknya ada dua hal untuk
menentukannya.
Pertama, respon audiens bisa merasakan kenyamanan jika penampilannya sesuai
yang diharapkan. Kedua, bagi presenter penampilan itu mendukung kepercayaan
dirinya.
Penampilan menjadi daya tarik untuk bisa menguasai audiens, sesuai
penampilan presenter dengan acara tertentu dapat menarik mata penontonnya.
Tidak perlu berpakaian bagus, karena itu hanyalah kulit. Jadi meskipun
penting, pakaian bukan modal utama keberhasilan seorang presenter membawakan
acaranya.
Utamakan dahulu pembawaan diri, pakaian hanyalah pancingan awal supaya
audiens menarik dan menatap kita.
Terbarkan senyum kehangatan, karena senyum adalah jurus ampuh untuk
mendapatkan simpati dari orang.
Begitu juga sebagai alat untuk mengontrol emosi audiens. Mereka yang datang
dengan masalah, bisa mulai cair dengan senyuman.
Sorot mata adalah trategi lain, tajam dan tatap setiap pasang mata dengan
tepat. Salurkan kehangatan dengan tatapan itu. Ajak bicara audiens dengan
pandangan yang tegas dan tulus.
Setiap orang yang ditatap matanya akan merasa tersapa, karena menyapa itu
adalah modal awal untuk membuat mereka menjadi bagian dari acara kita.
Bertubuh Ideal?
Mungkinkah berpenampilan menarik tetapi tidak dengan tubuh yang ideal?
Contohnya gemuk. kulit hitam, atau lainnya?
Tentu sangat mungkin, bisa saja tubuh yang gemuk dijadikan kelebihan dirinya
dan mempunyai kecerdasan. Sehingga ada perbedaan dengan yang lain dan
memudahkan orang mengingatnya.
Selanjutnya, walaupun tidak cantik dan berkulit hitam tapi punya kemampuan
yang hebat, santun dan hangat dalam pembawaan acaranya. Tidak menghalanginya
untuk menjadi presenter yang berkualitas.
Mau dilihat postur tubuhnya dari manapun, yang penting dari kesukaan
orang-orang padanya dan juga sesuai kebutuhan program acara yang ditentukan.
Pendengar Yang Baik
Memang pekerjaan presenter adalah berbicara, mengatur ritme acara dengan
kata-kata. Namun seorang presenter juga dituntut untuk menjadi pendengar
yang baik.
Telinga harus tajam untuk mendengarkan aspirasi audiens.
Sebelum naik ke panggung pastinya sudah menyiapkan materi secara matang,
namun tetap harus fleksibel menanggapi permintaan audiens.
Penutup
Dengan menjadi presenter atau pembawa acara apapun itu topik dan programnya,
bagaimanapun caranya harus bisa membawa audiens ke acara tersebut.
Cara-cara menjadi presenter yang diutamakan adalah pembawaannya, apakah dia
bisa mengatur atau mengontrol acara tersebut.
Baca juga : Kerja Freelance Yang Cocok Untuk Mahasiswa Jurusan Komunikasi
Semua itu perlu adanya persiapan.
Semakin matang persiapan yang dilakukan, semakin besar kemungkinan acara
berjalan dengan lancar.
Persiapan yang baik menuntut kecermatan pada hal-hal kecil yang harus
diantisipasi ketika acara berlangsung.
Semoga artikel ini bermanfaat dan terima kasih.
Referensi:
- Rahman, Anita. 2016. Teknik & Etik Profesi TV Presenter. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-962-6.
Post a Comment for "Tuntutan Untuk Menjadi Seorang Presenter"
Penulis sadar betul bahwa artikel ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat membutuhkan saran dan kritik dari para pembaca. Terima kasih.